Sebanyak 105 calon jamaah haji asal Kota Tidore Kepulauan dijadwalkan akan diberangkatkan ke Tanah Suci pada 10 Mei 2025 mendatang. Para jamaah ini rencananya akan dilepas dari Tidore pada 8 Mei dan tiba di Makassar sehari setelahnya, 9 Mei 2025.

Dalam proses keberangkatan tersebut, para jamaah akan menggunakan pesawat carteran milik maskapai Lion Air.

Namun demikian, skema keberangkatan ini sempat menimbulkan polemik menyusul pernyataan Wakil Gubernur Maluku Utara yang mengusulkan agar jamaah haji tahun ini diberangkatkan melalui jalur reguler atau fleksite.

Kepala Bagian Kesra Setda Kota Tidore Kepulauan, Sahnawia Ahmad, menjelaskan bahwa dalam rapat bersama panitia provinsi, awalnya diajukan opsi untuk menggunakan pesawat carter.

“Sebenarnya, dalam rapat bersama panitia Provinsi Maluku Utara kemarin, diajukan opsi carter pesawat. Tapi karena Ibu Seherly baru dilantik menjadi Gubernur, beliau menginginkan keberangkatan lewat jalur fleksite,” ujar Sahnawia, Selasa, 15 April 2025.

Menurutnya, meski jalur fleksite lebih murah—karena setiap jamaah akan mendapat subsidi sebesar Rp2 juta—dari segi kenyamanan dan keamanan, jalur ini masih perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

“Dalam skema carter, para jamaah mendapat fasilitas langsung dari bandara. Mereka bisa langsung naik bus menuju pesawat tanpa harus antre dengan penumpang lain. Barang bawaan juga langsung dimuat tanpa perlu antre bagasi,” jelasnya.

Ia menambahkan, fasilitas carter juga memudahkan penanganan jika ada jamaah yang sakit. “Jika ada yang sakit, ambulans bisa langsung masuk ke area pesawat. Jamaah lansia juga bisa difasilitasi dengan kursi roda,” katanya.

Dari sisi pendampingan, Sahnawia mengungkapkan bahwa akan ada dua orang pendamping dari Tidore Kepulauan yang akan menemani jamaah selama perjalanan hingga ke Mekkah. Pendamping ini tidak dipilih sembarangan, melainkan melalui tahapan tes seleksi.

“Ada beberapa yang mengikuti tes, tapi hanya dua orang yang lolos, termasuk dokter spesialis,” tandasnya.