Dalam rangka mendukung program 100 hari kerja Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tidore Kepulauan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tidore Kepulauan meluncurkan inovasi baru berupa Bank Sampah. Program ini resmi diluncurkan pada 3 Maret 2025.

Kepala DLH Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sjarif, menjelaskan bahwa volume sampah yang dihasilkan masyarakat Tidore Kepulauan setiap harinya mencapai lebih dari 50 ton. Untuk menanggulangi persoalan tersebut, pemerintah telah menyiapkan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) seluas 48 hektare yang terletak di Kelurahan Rum, Kecamatan Tidore Utara.

“Setiap hari, mobil pengangkut sampah membawanya ke TPA. Selama ini, pengelolaan sampah hanya terbatas pada pengumpulan dari masyarakat tanpa ada proses pemilahan,” ungkap Sjarif saat ditemui pada Kamis, 17 April 2025.

Ia menekankan bahwa jika TPA tak lagi mampu menampung sampah, maka pemerintah harus mencari lahan baru. Namun, hal ini dinilai sulit karena keterbatasan anggaran.

“Mencari lahan baru itu bisa saja, tapi harus benar-benar sesuai kondisi, karena biayanya cukup mahal, mencapai lebih dari Rp10 miliar. Solusinya adalah mengurangi volume sampah sebelum dibuang ke TPA, salah satunya dengan membangun bank sampah induk,” jelasnya.

Bank sampah induk tersebut direncanakan akan dipusatkan di kantor DLH. Sjarif mengaku telah melobi anggaran ke pemerintah pusat sebesar Rp1,3 miliar untuk mendukung program ini.

“Saya minta nomenklaturnya diubah agar anggarannya bisa digunakan untuk bank sampah. Kami masih fokus menjadikan bank sampah sebagai solusi awal sebelum sampah masuk ke TPA, agar beban TPA berkurang,” ujarnya.

Ia menambahkan, pengelolaan sampah kini dilakukan melalui tiga tahapan: bank sampah, Tempat Pembuangan Sementara (TPS), dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST).

“Yang masuk ke TPA itu seharusnya hanya residu atau sisa sampah yang tidak bisa didaur ulang. Sementara jenis sampah seperti plastik, kardus, dan logam akan dimaksimalkan pengelolaannya oleh bank sampah induk,” jelas Sjarif.

Bank sampah yang telah dibentuk juga sudah melalui rapat koordinasi bersama para pengurus, dengan kesepakatan untuk fokus pada pengelolaan sampah plastik, kertas, dan kardus. Jenis sampah di luar itu akan langsung dibuang ke TPA.

Sementara itu, TPA juga dikelola untuk kebutuhan pembuatan kompos dari jenis sampah organik seperti sisa makanan dan sejenisnya.

“Bank sampah membutuhkan bahan baku, jadi masyarakat perlu diberi edukasi agar mulai memilah sampah dari rumah. Apalagi, jenis sampah terbanyak di Kota Tidore adalah sampah non-organik,” tambahnya.

Lebih lanjut, Sjarif menjelaskan bahwa bank sampah memiliki mekanisme tersendiri. Sampah yang sudah dipilah dan dikumpulkan akan ditimbang, kemudian dipres dan ditampung sementara. DLH juga telah bekerja sama dengan vendor untuk mengangkut hasil presan tersebut ke Surabaya.