Petani kakao di Desa Kawalo dan Desa Woyo, Taliabu Barat, Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara, mesti mengelus dada, sebab, hasil panen kakao musim ini tidak sebanyak dulu. Para petani menduga, tanaman kakao mereka rusak di serang hama.

Saat berkunjung di kebun Saleh di Desa Kawalo, misalnya, terlihat buah kakao yang masih kecil hingga yang siap panen tampak rusak.

“Itu terjadi pada buah kakao yang masih kecil. Kalau pun buahnya bertahan hingga usia panen, juga terdapat serangan hama. Buah yang tadinya warna alami, berubah menjadi hangus,” ujar Saleh kepada reporter Tuturfakta, pada Ahad, 13 April 2025.

Saleh belum tahu penyebab pasti terjadi serangan penyakit pada kakao miliknya musim ini. Ia hanya menduga-duga, mungkin masalah kesuburan tanah atau yang lain. Ia bilang, kakao di kebunnya biasa terkena penyakit, tetapi tidak separah musim ini.

“Biasanya kenal penyakit juga, namun hanya satu dua buah,” ujar Saleh.

Serangan hama pada kakao juga terjadi di kebun Pamau, petani asal Desa Woyo. Pamau mengatakan buah kakao miliknya hampir semuanya rusak. Beberapa metode perawatan telah dia lakukan, mulai dari rutin membersihkan pohon kakao secara alami hingga menggunakan pupuk.

“Baru kali ini buah kakao dapat serang penyakit seperti ini. Belum tahu apa penyebabnya. Apakah karena kebun ini berdekatan dengan Danau Waihaya, yang terhubung langsung dengan lokasi pertambangan, atau ada hal lainnya, saya belum tahu persis,” ungkap Pamau dengan raut wajah penuh sedih bercampur kecewa.

Pamau bilang, jika buah kakao musim ini tidak diserang penyakit, maka ia perkirakan, panen pertama berkisar 500-600 kilogram.

“Kalau dikalikan dengan harga sekarang yang begitu tinggi, dapat membantu kebutuhan hari-hari keluarga,”ujarnya.

Menurut informasi yang dihimpun, harga biji kakao signifikan terjadi pada Januari 2025, dari harga normal 35.000-50.000/kg, naik menjadi 150.000/kg-165/kg. Walaupun harga signifikan, beberapa petani di dua desa tersebut terpaksa mengelus dada karena kurangnya hasil panen musim ini.