Fadriah Syuaib, seniman visual art (seni rupa) asal Ternate, Maluku Utara, berpartisipasi dalam konferensi internasional Flotsam & Jetsam yang diselenggarakan di Geneva Graduate Institute, Swiss, pada 13–15 Mei 2025.

Konferensi ini merupakan penutup dari proyek seni-riset bertajuk Images, (In)visibilities, and Work on Appearances (ImageApp) yang didukung oleh Yayasan Sains Nasional Swiss (Swiss National Science Foundation).

Program ini menghadirkan seniman, pembuat film, dan peneliti dari berbagai negara untuk mendiskusikan praktik visual kontemporer di wilayah pelabuhan Indonesia timur, khususnya Banda dan Ternate. Dengan fokus pada isu-isu materialitas, sejarah alternatif, dan dekolonisasi citra, Flotsam & Jetsam menjadi ruang penting untuk menyuarakan pengalaman lokal dalam konteks global.

Dalam kesempatan ini, Fadriah membawakan karya berjudul “Storytelling”, sebuah instalasi berpanel berbahan akrilik di atas kanvas berukuran 300 x 100 sentimeter, dilengkapi elemen instalasi berupa meja. Karya tersebut mengangkat narasi rempah dari sudut pandang perempuan Maluku Utara melalui pendekatan estetika haptik yang menggabungkan pengalaman visual dan sentuhan emosional yang lebih ekspresif (ekspresionis).

Karya Fadriah Syuaib yang ditampilkan di di Geneva Graduate Institute, Swiss. Foto: Instagram wim_manuhutu

“Storytelling terbagi ke dalam tiga perspektif, yaitu identitas sebagai orang Maluku Utara, pengalaman kolonialisme yang masih membekas, serta kekuatan hidup yang tersimpan dalam biji-bijian rempah,” ucap Fadriah dalam siaran persnya, Jumat, 16 Mei 2025.

Dalam karya ini, Fadriah menekankan bahwa subyek rempah bukan sekadar komoditas masa lalu, melainkan refleksi sumber daya afektif yang merekatkan sejarah, ingatan, dan harapan secara kritis.

Karya Fadriah Syuaib yang ditampilkan di di Geneva Graduate Institute, Swiss. Foto: Instagram wim_manuhutu

Keikutsertaan Fadriah menjadi representasi penting bagi seniman perempuan dari wilayah timur Indonesia yang jarang memperoleh ruang dalam percakapan seni internasional. Keterlibatannya menegaskan bahwa perempuan Ternate mampu berdialog secara setara dalam lanskap seni global, menyuarakan kisah-kisah lokal yang universal dan menggugah.

Konferensi Flotsam & Jetsam menampilkan berbagai agenda, termasuk pameran karya seni, pemutaran film, diskusi meja bundar, serta tur pameran yang membahas keterlibatan artistik dalam pembentukan sejarah dan imajinasi masa depan. Partisipasi Fadriah dalam forum ini menjadi penanda hadirnya semangat baru dari Maluku Utara untuk terus menyumbangkan suara, perspektif, dan estetika khasnya dalam ruang seni dunia. [HN]

Redaksi
Editor
Redaksi
Reporter