DI ANTARA genangan air dan lumpur pasca hujan deras pada Ahad, 22 Juni 2025, warga Kelurahan Jambula dan Kastela, Pulau Ternate, justru menemukan potongan masa lalu yang telah lama tersembunyi: sisa struktur Benteng Nostra Senora del Rosario, benteng peninggalan Portugis abad ke-16.

Struktur benteng itu muncul di sebuah aliran air kering musiman yang oleh warga dikenal sebagai barangka atau kali mati, diperbatasan dua kelurahan tersebut. Puluhan orang berbondong-bondong datang menyaksikan. Beberapa warga mengaku baru pertama kali melihat struktur itu, yang lain menyatakan mereka pernah melihatnya puluhan tahun lalu sebelum kembali tertimbun.

Di lokasi, di temukan lantai berlapis tehel tanah liat yang masih utuh, serta tiga anak tanggah yang mengarah ke arah timur. Sisa dinding dari batu karang tampak menjulang sebagian. Selain itu, warga juga menemukan benda-benda yang diduga artefak seperti besi tua berkarat dan pecahan guci.

Muhammad Boja, 75 tahun, warga Kasetala, struktur benteng itu bukan hal baru bagi warga sekitar. Menurutnya, sudah dari dahulu orang tahu, sebab, pernah muncul sekitar 20 tahun lalu.

“Kalau dulu hampir muncul samua. Masih dalam lagi, cuman tertimbun tanah dan batu Di sana tong [kita] punya kebun. Kasih dong [mereka] biking rumah,” kata Muhammad, saat ditemui di rumahnya, Selasa, 24 Juni 2025.

Ia mengatakan benteng yang kini dikenal warga sebagai Benteng Gamlamo atau Benteng Kastela itu dulunya membentang hingga ke kawasan Pertamina Jambula. Bahkan, menurutnya, pernah ada gerbang yang kini telah hilang akibat pembangunan talud.

“Di situ dong [mereka] punya rumah, yang petak-petak itu. Di tengki Pertamina, itu diduga tempat tiang gantungan. Dulu masih ada dia punya gerbang itu. Tapi, baru-baru dong [mereka] biking talud, gerbang itu sudah trada [tidak ada],” katanya.

Boja menambahkan, dugaan lokasi tiang gantungan berada di dekat area tangki Pertamina. Ia juga mengingat pernah melihat bagian lain benteng di kebunnya, sebelum kawasan itu dibangun pemukiman.

Puluhan warga saat mendatangi lokasi penemuan struktur benteng Nostra Senora del Rosario, Ahad, 22 Juni 2025. Foto: La Ode Zulmin/Kadera.id

Sejarah mencatat, Benteng Nostra Senora del Rosario mulai dibangun pada 24 Juni 1522, tepat hari ini, 503 tahun lalu. Menurut Laila Abdul Jalil dalam jurnal Pembangunan Benteng Nostra Senora del Rosario (2019), pembangunan dilakukan secara bertahap oleh sejumlah gubernur Portugis, dimulai dengan pengerahan 300 orang Jailolo dan 200 tentara Portugis.

Gubernur Gracia Henrique melanjutkan pembangunan pada 1525, disusul Gonzalo Pereira pada 1530. Namun, penyelesaian benteng baru rampung pada masa Jorge de Castro, Gubernur Portugis ke-8 pada 1540.

Dalam jurnal tersebut, tulis Lalila mengutip Andaya (2015) menyebutkan desain awal benteng mencakup area 26 x 27 depa persegi, dikelilingi tembok setinggi satu depa, dilengkapi bastion, menara dua tingkat sebagai kediaman kapten, serta gudang dan barak.

Benteng ini dicacat, pada masa awal pembangunannya diperuntukkan sebagai benteng pertahanan sekaligus pemukiman bagi orang-orang Portugis.

“Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perdagangan rempah yang dijalankan oleh bangsa Portugis, benteng ini meningkat fungsinya menjadi seminari yang dilengkapi dengan gereja dan rohaniawan di dalamnya untuk mendampingi prajurit Portugis dan warga sipil dari kalangan orang-orang Portugis,” catat Laila.

Berdasarkan kajian nama terhadap benteng Nostra Senora del Rosario yang bermakna perempuan cantik berkalung bunga mawar dan kaitannya dengan puisi yang tertera pada lonceng, maka jelas bahwa nama benteng berkaitan dengan konsep keagamaan.

Situs Benteng Nostra Senora De Rosario Tahun 1607. Sumber: Dok. Chatelain Reproduction dalam jurnal Pembangunan Benteng Nostra Senora del Rosario (The Establishment of Nostra Senora del Rosario Fort)

Benteng Terlupa, Warisan yang Muncul Kembali

Irfan Ahmad, sejarawan dari Universitas khairun, menyebut temuan ini sebagai bagian dari kompleks pertahanan Portugis yang luas dan terintegrasi. Usianya sudah lebih dari lima abad. Benteng ini punya peran penting dalam sejarah militer Portugis di Maluku Utara.

“Benteng itu cukup besar dan luas, serta dilengkapi dengan kompleks pendukung seperti gereja, gudang, dan perumahan bagi serdadu Portugis. Usia benteng kurang lebih 503 (1522-2025),” kata Irfan kepada reporter Kadera melalui pesan singkat, Senin, 23 Juni 2025.

Menurut Irfan, penemuan ini harus menjadi alarm penting bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah pelestarian, mengingat posisinya yang strategis dalam sejarah pertahanan kolonial Portugis di Kepulauan Rempah-rempah, juga kerap dilupakan dalam narasi utama sejarah kolonial di Ternate, yang lebih banyak menyoroti Benteng Tolukko dan Kalamata.

Winarto, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI Maluku Utara, mengatakan pihaknya sudah menerima laporan warga dan akan segera melakukan peninjauan. Namun, ia mengingatkan bahwa kondisi cuaca ekstrem dan aliran air di lokasi menjadi tantangan.

“Kami akan lakukan peninjauan lokasi, tapi juga menunggu kondisi cuaca karena struktur benteng itu berada di aliran air. Ketika nanti di sini tidak hujan, dan di atas hujan akan sangat bahaya,” katanya saat ditemui di Anomali Caffe.

Winarto menjelaskan, tim teknisnya akan memetakan titik-titik temuan struktur untuk kemudian dibandingkan dengan peta historis dan desain benteng. “Karena mungkin itu bagian bastiongnya atau sisi bagian sisi dalam benteng. Kita belum tahu sejauh itu,” jelasnya.

Jika hasil kajian awal menunjukan pentingnya pelestarian, kata dia, proses revitalisasi bisa dimulai. Namun ia mengingatkan bahwa proses itu tidak instan, butuh waktu beberapa tahu untuk penyelidikan.

“Sekarang kita fokus melakukan penyelidikan terhadap keberadaan benteng tersebut,” ujarnya.

Rabul Sawal
Editor
La Ode Zulmin
Reporter