Tindak kekerasan dialami dua mahasiswa Universitas Khairun (Unkhair) saat menggelar aksi proses diskusi dan pemutaran film Ngom o Obi di Aula Nuku, Selasa, 15 Juli 2025. Diskusi itu membahas film produksi TV Tempo terkait dengan kehidupan masyarakat Desa Kawasi, Kecamatan Obi, Halmahera Selatan, yang berdampingan dengan kawasan industri Harita Group.

Dua mahasiswa, Rangko dan Jihan, membentangkan spanduk sebagai bentuk penolakan atas film dokumenter tersebut. Film itu diduga diproduksi sebagai upaya memutihkan citra Harita Group di Pulau Obi, dimana banyak diduga adanya pencemaran lingkungan dan pelanggaran hak asasi manusia.

“Saya dikepung dari belakang oleh dua orang, diusir dari ruangan diskusi sampai turun ke lantai dua,” kata Jihan kepada Kadera. Ia mengaku mengalami goresan di bahu kiri akibat cengkraman yang terlalu kuat. “Kancing kemeja saya sampai lepas.”

Fatahuddin Hadi, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unkhair, mengecam insiden tersebut. Ia menyebut tindakan represif yang diduga dilakukan oleh pegawai rektorat sebagai bentuk pelanggaran hukum.

“Tindakan tersebut tidak sepantasnya dilakukan oleh oknum pegawai rektorat Unkhair, sebab tindakan represifitas itu dilarang dalam peraturan perundang-undangan,” jelas Fatahuddin.

BEM Unkhair, kata Fatahuddin, mendesak rektorat segera mengambil langkah atas peristiwa itu. “Kami mendesak kepada rektorat Unkhair Ternate dalam waktu 1×24 jam untuk menindaklanjuti kejadian pengusiran dan kekerasan kepada kedua mahasiswa Unkhair itu,” jelas Fatahuddin.

Menanggapi dugaan kekerasan tersebut, Abdul Kadir Kamaluddin, Wakil Rektor III Unkhair, mengatakan tidak ada pemukulan atau represif yang terjadi saat diskusi berlangsung. Ia sebut, kemungkinan terjadi baku dorong sehingga mahasiswa tersebut terkena jari kuku satpam

“Saya so pangge mahasiswanya maupun sekurity,” kata Abdul Kadir saat dikonfirmasi Kadera.

Sebelumnya, Anto Aprianto, CEO TV Tempo menyebut film dokumenter yang mereka produksi menampilkan sisi lain dari kehidupan sosial di kawasan industri nikel.

“Film dokumenter di Obi ini memang bagian dari kami melihat perpektif yang lain dari sebuah perusahaan tambang yang mengalir di kawasi. Kami melihatnya dari perpektif yang lebih bijak tentang dampak dari sebuah perusahaan tambang,” kata Anto saat memberikan sambutan pada pemutaran film di Studio 6, Cinema XXI, Jatiland Mall, Kota Ternate, Senin, 14 Juli 2025.

Menurut Anto, dokumenter tersebut merekam tersimoni warga yang tinggal di sektiar area tambang di Desa Kawasi, Kecamatan Obi, Halmahera Selatan.

“Kami memotrer satu gambaran tentang kehidupan sosial di sebuah lingkungan tambang dari berbagi sisi. Dan kami bisa melihat bahwa masyarakat disekitar tambang menyampaikan apresiasi-apresiasi,” ujar Anto.

 

Info redaksi: terjadi pembaharuan atau penambahan isi pada bagian konfirmasi ke pihak kampus di dalam berita ini pada pukul 21.00 WIT.