Sepanjang Januari hingga Agustus 2025, Dinas Kesehatan Kota Ternate, Maluku Utara, mencatat 31 kasus campak melalui sistem kewaspadaan dini dan respons (SKDR). Dari jumlah itu, satu kasus positif dan empat kasus dinyatakan negatif.

Angka tersebut jauh menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2024 tercatat 174 kasus dengan 20 positif, 2023 melonjak hingga 601 kasus dengan 140 positif. Pada 2022 terdapat 70 kasus, dan 2021 ada 32 kasus.

Nuraini, fungsional epidemiologi Dinas Kesehatan Ternate, mengatakan spesimen kasus campak seluruhnya dikirim ke laboratorium di Surabaya untuk memastikan hasil pemeriksaan sebelum dikembalikan ke Ternate.

Ia menjelaskan, campak disebabkan virus yang menular melalui percikan ludah saat batuk atau bersin. Gejalanya berupa demam hingga muncul bercak di kulit.

“Satu orang anak bisa menularkan campak ke 18 anak. Bayangkan kalau ada di sekolah,” ujar Nuraini kepada Kadera, 26 Agustus 2025.

Meski jumlah kasus menurun, Nuraini mengingatkan pencegahan campak hanya bisa efektif  dengan imunisasi lengkap. Ia menilai, tingginya kasus pada tahun-tahun sebelumnya erat kaitannya dengan rendahnya cakupan imunisasi.

“Kasus tinggi karena cakupan imunisasi rendah. Jadi imunisasi ini didapat di usia 9 bulan, 18 bulan, terus ada di kelas 1 SD dan sementara berjalan imunisasinya,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan pasien campak sebaiknya diisolasi untuk mencegah penularan lebih luas.

Rabul Sawal
Editor
La Ode Zulmin
Reporter