Gabungan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tidore, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Tidore Kepulauan, serta mahasiswa Universitas Nuku, menggelar aksi demonstrasi di depan Mapolresta Tidore pada Senin, 1 September 2025.
Berdasarkan pantauan media ini, ratusan massa aksi memulai long march dari kampus Universitas Nuku menuju Kantor Wali Kota Tidore Kepulauan, lalu dilanjutkan ke Polresta Tidore. Mereka membawa bendera organisasi dan poster-poster berisi tuntutan.
Aksi ini digelar sebagai bentuk solidaritas atas situasi nasional, khususnya terkait isu kenaikan tunjangan dan gaji anggota DPR RI, serta tragedi yang menimpa Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online (ojol) yang meninggal dunia usai dilindas kendaraan taktis Brimob saat pengamanan aksi di Gedung DPR RI, Jakarta.
“Affan hanya ingin mengantar pesanan. Namun, nyawanya harus melayang karena tindakan represif aparat. Ini adalah bukti nyata pelanggaran HAM,” ujar Koordinator Aksi yang juga Ketua HMI Cabang Tidore, Aldi Rizaldi.
Aldi menegaskan, berdasarkan Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 tentang Kode Etik Profesi dan Komisi Kode Etik Kepolisian, serta UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, tugas polisi adalah melindungi, mengayomi, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
“Namun kenyataannya, polisi justru menjadi alat kekerasan dan menambah penderitaan rakyat,” tegas Aldi.
Dalam orasinya, massa menyampaikan mosi tidak percaya terhadap institusi kepolisian dan menyuarakan enam tuntutan utama:
- Mengadili pelaku pembunuhan Affan Kurniawan melalui sistem peradilan umum.
- Meminta Kapolri untuk mundur dari jabatannya.
- Mendesak dilakukannya reformasi menyeluruh di tubuh Kepolisian RI.
- Menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap massa aksi.
- Menghentikan intimidasi terhadap mahasiswa dan masyarakat.
- Menuntut agar aparat menangani aksi sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).
Ketegangan sempat terjadi saat massa aksi dan aparat Polresta Tidore terlibat saling dorong. Wakapolresta Tidore, Kompol Jufri Dokumalamo, turun tangan menenangkan situasi. Massa kemudian diberi ruang untuk melakukan audiensi terbuka dengan Kapolresta Tidore Kepulauan, AKBP Heru Budiharto.
Dalam pertemuan itu, Kapolresta menyampaikan rasa belasungkawa atas meninggalnya Affan Kurniawan.
“Atas nama Polresta Tidore, kami turut berduka cita. Semoga almarhum menjadi syuhada di sisi Allah SWT,” ungkap AKBP Heru.
Heru juga mengakui bahwa institusi kepolisian tidak sempurna dan membuka diri terhadap kritik demi perbaikan ke depan.
“Kami bukan anti kritik. Penyampaian pendapat dijamin oleh undang-undang, namun tetap harus menghormati hak orang lain,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga persatuan dan tidak terprovokasi oleh segelintir pihak yang ingin memecah belah bangsa.
“Kita semua adalah saudara. Jangan sampai karena isu tertentu, misi kemanusiaan berubah menjadi konflik horizontal yang justru memakan korban,” tutupnya.
Setelah audiensi, dua unit truk milik Polresta Tidore mengantar massa aksi kembali ke kampus Universitas Nuku dengan tertib.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.