Bencana banjir dan longsor yang terjadi dalam tiga tahun terakhir di wilayah Tidore Kepulauan dikategorikan sebagai dampak dari fenomena Hidrometeorologi, yaitu kondisi cuaca ekstrem yang terus berulang.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tidore Kepulauan, Muhammad Abubakar, pada Rabu, 10 September 2025.
Menurutnya, kondisi cuaca ekstrem telah berdampak pada sejumlah titik, baik di daratan Oba maupun di Pulau Tidore. Namun, BPBD telah melakukan berbagai upaya mitigasi untuk meminimalkan potensi bencana.
“Kami telah memiliki data dasar (baseline data) terkait titik-titik rawan bencana. Misalnya, saat terjadi hujan deras, kami sudah tahu di mana saja lokasi yang berpotensi terjadi banjir atau longsor. Tapi memang ada juga beberapa titik baru yang mulai terdampak,” jelas Abubakar.
Ia menyebutkan, jenis bencana yang paling sering terjadi saat ini antara lain banjir, angin puting beliung, dan abrasi pantai.
BPBD juga terus melakukan edukasi kebencanaan kepada masyarakat. Salah satunya dengan menggelar simulasi evakuasi bencana agar warga lebih siap ketika bencana benar-benar terjadi.
“Beberapa hari lalu kami melaksanakan simulasi di Desa Maitara Tengah, dan mendapat respons positif dari masyarakat. Dalam satu dua hari ke depan, kami juga akan menggelar simulasi kedua di Pulau Maitara,” ujarnya.
Abubakar menambahkan, Wali Kota Tidore Kepulauan telah menginstruksikan BPBD untuk selalu sigap dan cepat dalam menangani kondisi cuaca ekstrem yang berdampak pada masyarakat.
Selain itu, BPBD juga diminta untuk bekerja sama lintas sektor, termasuk dengan Dinas PUPR dan Dinas Perkim, khususnya untuk penanganan banjir di Desa Toburo.
“Kami sudah memiliki data manual mengenai titik-titik krusial. Data ini menjadi acuan utama saat terjadi bencana, sehingga tim bisa langsung turun ke lokasi,” tambahnya.
Sementara itu, untuk mendukung sistem pelaporan digital, BPBD Tidore Kepulauan sebelumnya telah menggunakan aplikasi bernama SIOKONA. Aplikasi ini memungkinkan masyarakat melaporkan kejadian bencana secara langsung melalui internet.
Namun, saat ini aplikasi tersebut sedang dalam proses pembaruan karena masa pemakaiannya telah berakhir.
“Dengan aplikasi ini, masyarakat bisa langsung mengakses lewat Google dan melapor, karena kami tidak bisa menjangkau seluruh RT/RW. Mudah-mudahan aplikasinya bisa segera aktif kembali,” pungkas Abubakar.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.