Warga Kelurahan Jambula, Kecamatan Pulau Ternate, memblokade jalan utama menggunakan dua perahu nelayan, pada Senin, 13 Oktober 2025. Blokade akses jalan penghubung Kelurahan Jambula dan Sasa ini, membuat akses Pertamina Ternate yang berada di kelurahan tersebut juga lumpuh.
Aksi itu sebagai bentuk kekecewaan warga terhadap pemerintah provinsi Maluku Utara maupun pemerintah Kota Ternate. Warga merasa pemerintah abai terhadap nelayan Jambula yang perahunya rusak akibat cuaca ektrem yang melanda Kota Ternate beberapa waktu lalu. Sebab hingga kini, tidak ada bantuan yang tersalurkan ke nelayan terdampak.
Aldrian Ishak, koordinator aksi mengatakan, pihaknya juga menuntut soal realiasasi breakwater, yang sudah lama diusulkan warga Jambula, tapi hingga kini belum ada
“Yang pertama itu, masyarakat nelayan menginginkan talut pemecah ombak di pantai,” katanya kepada reporter Kadera.id, saat ditemui di lokasi aksi, Senin, 13 Oktober 2025.
Di pantai Jambula, sambung dia, talut pemecah ombak dibangun hanya di bagian Utara. Sementara di bagian selatan, belum dibangun. Sehingga ketika cuaca ekstrem air langsung naik ke darat. Bahkan hingga merusak perahu nelayan.
“Warga nelayan Jambula perahunya rusak akibat cuaca ekstrem beberapa waktu lalu. Dan, sejumlah fasilitas pantai juga mengalami kerusakan. Namun, saat ini belum ada tindakan resmi dari pemerintah kota untuk menyalurkan bantuan. Sehingga masyarakat nelayan membuat gerakan,” ujarnya.
Menurutnya, kejadian yang serupa kerap terjadi, karena tidak ada talut pemecah ombak yang bisa melindungi perahu nelayan Jambula. Meski begitu, tak pernah ada realiasasi.
“Peristiwa ini sudah berulang kali terjadi. Mereka (pemerintah) hanya turun mendata, tapi tidak ada tindakan bantuan sampai saat ini,” ucapnya.
Ia berharap, Sherly Tjoanda, selaku gubernur Maluku Utara turun menemui massa aksi. Namun, jika tidak, aksi akan tetap berlanjut dengan massa yang lebih besar.
“Torang [kita] tara [tidak] butuh pak Tauhid, Wali Kota Ternate. Yang Torang butuh ibu Sherly Tjoanda. Kalau tra [tidak] turun, aksi akan terus berlanjut. Itu sikap masyarakat,” tandasnya.
Gafur Kaboli, Ketua kelompok nelayan Bubula Ma Cahaya, mengatakan hal serupa. Jika tuntutan mereka soal pembangunan talut pemecah ombak sebagai pelindung pantai dan perahu nelayan, yang hingga kini tidak secara merata.
Selain itu, ia menegaskan, pemerintah harus mencari solusi dan bertanggungjawab atas perahu nelayan yang rusak akibat cuaca ekstrem. Salah satunya penyebabnya, lepas pantai selatan Jambula tak ada pemecah ombak.
“Torang pe tuntutan utama soal pembangunan breakwater di pantai bagian selatan Jambula. Dan, meminta pemerintah bisa mencarikan solusi atas kerusakan perahu nelayan yang rusak,” ungkapnya.
Untuk diketahui, lebih dari sepuluh perahu yang mengalami kerusakan akibat cuaca ekstrem yang melanda Kota Ternate, pada Selasa, 7 Oktober 2025. Tiga di antaranya rusak total.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.