Perhimpunan Pembela Masyarakat Adat Nusantara (PPMAN) bekerja sama dengan Yayasan Tifa menggelar pelatihan keamanan holistik bagi para pendamping dan komunitas masyarakat adat di wilayah penyangga Suku O’Hongana Manyawa. Pelatihan berlangsung selama tiga hari, 10-13 November 2025, di Hotel Jati, Kota Ternate, dan diikuti oleh 15 peserta.
Fahrizal Dirham, staf advokasi dan litigasi PPMAN, mengatakan kegiatan ini bertujuan memperkuat kapasitas keamanan bagi para pembela masyarakat adat yang bekerja di lapangan. Materi pelatihan mencakup topik pembela hak asasi manusia, konsep keamanan manusia versus keamanan negara, keamanan digital, identifikasi ancaman, hingga penyusunan standar operasional prosedur (SOP) keamanan.
Pesertanya berasal dari lembaga bantuan hukum, LSM lokal, dan juga jurnalis. Semuanya bekerja dekat dengan komunitas adat di wilayah penyangga O’Hongana Manyawa,” kata Fahrizal kepada reporter Kadera, Kamis, 13 November 2025.
Menurut Fahrizal, pelatihan ini menjadi penting di tengah meningkatnya ancaman terhadap masyarakat adat, khususnya Suku O’Hongana Manyawa di wilayah hutan Halmahera. Komunitas ini kini menghadapi tekanan dari ekspansi industri ekstraktif yang beroperasi di sekitar wilayah ruang hidup mereka.
“Suku O’Hongana Manyawa sudah mengalami depopulasi. Mereka terpaksa keluar dari hutan dan berbaur dengan masyarakat luar. Padahal, mereka adalah pelindung terakhir hutan Halmahera,” jelas Fahrizal.
Selain sesi pelatihan, kegiatan ini juga menghasilkan rencana tindak lanjut berupa pembentukan Jaringan Kerja Pembela HAM Maluku Utara. Jaringan ini akan menjadi wadah koordinasi bagi para pendamping, aktivis, dan jurnalis dalam kerja advokasi dan perlindungan masyarakat adat di wilayah Maluku Utara.
“Tindak lanjutnya adalah membangun kerja sama berkelanjutan dalam advokasi HAM dan menyelamatkan Suku O’Hongana Manyawa. Ke depan, kami juga berencana mengadakan pelatihan paralegal secara berkala,” tutur Fahrizal.

Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.