Nilai ekspor Provinsi Maluku Utara secara month to month atau m-to-m meningkat dari Februari ke Maret 2025.

Badan Pusat Statistik atau BPS Maluku Utara mencatat, peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan harga dan volume produksi komoditas feronikel, nikel matte, nikel sulfat maupun produk sampingannya yaitu kobalt.

Peran nikel dalam ekspor ini sebanyak 32,67 persen. Sementara, besi dan baja 62,07 persen, bahan kimia anorganik 4,41 persen dan 0,85 persen logam dasar lainnya.

Tiongkok merupakan pangsa terbesar yakni 1.245,66 juta dollar AS atau 95,31 persen. Kemudian, India 35,82 juta dollar (2,74 persen) dan Jepang 25,49 juta dollar atau 1,95 persen.

Menurut BPS, ada dua fenomena perdagangan internasional yang memicunya, seperti tingkat produksi nickel pig iron di China yang sangat rendah karena sudah tidak mencapai tingkat ekonomisnya. Belakangan, dikabarkan bahwa permintaan stainless steel di China telah pulih, dan beberapa pabrik baja mulai melakukan produksi selaras dengan peningkatan produk hilirnya.

Kedua, meningkatnya ketidakpastian akibat dari sentimen negosiasi tarif dagang Amerika Serikat dan negosiasi Rusia-Ukraina, serta kebijakan devisa hasil ekspor Indonesia ditahan 100 persen selama 12 bulan dikhawatirkan mengganggu pasokan komoditas global.