Proyek pembangunan Jembatan Talo 3 di Desa Talo, Kecamatan Taliabu Barat, hingga kini belum juga rampung.

Berdasarkan pantauan reporter Kadera.id pada Senin, 23 Juni 2025, proyek yang dibiayai melalui anggaran darurat senilai Rp 200 juta itu tampak terbengkalai dan tidak dilanjutkan pengerjaannya.

Kondisi ini menyulitkan warga. Para pengendara roda dua dan empat yang membawa beban berat terpaksa menggunakan jalan darurat di sisi jembatan. Namun, jalan alternatif tersebut kini rusak parah akibat hujan deras dalam beberapa hari terakhir. Becek dan berlubangnya jalan membuat warga semakin kesulitan melintas.

Iki, salah seorang warga yang ditemui sekitar pukul 15.00 WIT saat melintasi jalan tersebut, mengeluhkan kondisi jalan yang makin parah. Saat itu, ia sedang mengangkut kopra ke Bobong, ibu kota Kabupaten Pulau Taliabu.

“Torang mau ke Bobong bawa muatan warga. Pas lewat, karena jalan becek dan berlubang, mobil jadi kandas. Untung ada warga lain yang bantu dorong. Kalau tidak, saya terpaksa harus bongkar muatan dari mobil,” keluhnya.

Ia menyebutkan, pembangunan jembatan itu sudah dimulai sejak beberapa bulan lalu. Namun hingga kini belum juga selesai, padahal lokasi jembatan berada di jalur utama yang menghubungkan desa-desa dengan pusat kabupaten.

“Kami sangat berharap jembatan ini segera diselesaikan agar akses tidak terus-menerus terhambat seperti sekarang,” harapnya.

Hal senada disampaikan La Ode Saiful Hendra, warga Desa Holbota. Ia mengungkapkan bahwa proyek tersebut menggunakan anggaran darurat bencana dengan pagu sekitar Rp200 juta dan sudah dikerjakan sejak tahun 2024. Namun, hingga pertengahan 2025, proyek itu belum juga rampung.

“Miris sekali. Ini satu-satunya akses utama menuju ibukota kabupaten. Jika tidak segera diselesaikan, dampaknya akan sangat besar bagi masyarakat, terutama desa-desa di wilayah selatan yang hanya bisa lewat jalur darat di musim timur seperti sekarang,” ujarnya.

La Ode, yang juga menjabat sebagai Sekretaris GP Ansor Pulau Taliabu, meminta DPRD, khususnya Komisi III, untuk segera memanggil pihak rekanan guna menjelaskan alasan keterlambatan proyek tersebut.

“Meskipun anggarannya tidak besar, tapi dampaknya sangat terasa bagi masyarakat. Kami juga meminta Pemerintah Daerah agar tidak lagi memberikan proyek kepada kontraktor yang tidak profesional. Kalau tidak serius, jangan diberi ruang lagi mengelola infrastruktur di daerah ini,” tegasnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, proyek Jembatan Talo 3 dikerjakan oleh CV. Triasa Mandiri dengan nilai anggaran Rp200 juta yang bersumber dari dana darurat. Anggaran tersebut telah dicairkan 100 persen sejak Oktober 2024, namun progres pengerjaan baru mencapai sekitar 60 persen dan saat ini proyek tidak lagi dilanjutkan.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak rekanan CV. Triasa Mandiri, dalam hal ini Nangsi Mus, belum dapat dikonfirmasi.