Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Sultan Babullah Ternate mencatat bahwa bulan Juli 2025 menjadi periode rawan terjadinya cuaca ekstrem di wilayah Maluku Utara.

Hal ini disebabkan oleh masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, yang berpotensi menimbulkan bencana seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan pohon tumbang.

Zaky Alin Nuary, Ketua Tim Kerja Analisa Data dan Informasi BMKG Sultan Babullah menjelaskan, peralihan musim biasanya terjadi pada bulan Juni, sebelum akhirnya wilayah ini memasuki musim kemarau secara penuh pada Agustus.

“Justru bencana-bencana sering kali terjadi saat masa peralihan musim,” ujarnya saat diwawancarai oleh reporter Kadera.id di ruang kerjanya, Selasa, 1 Juli 2025.

Zaky mengungkapkan, cuaca ekstrem dengan potensi hujan sangat lebat diperkirakan terjadi dalam tiga hari ke depan (1–3 Juli 2025), terutama di wilayah tengah hingga selatan Maluku Utara. Wilayah-wilayah itu, meliputi Kota Ternate, Tidore Kepulauan, Halmahera Barat, Halmahera Tengah, Halmahera Selatan, Kepulauan Sula, dan Kepulauan Taliabu.

Beberapa daerah yang mendapat perhatian khusus dari BMKG Pusat karena potensi hujan sangat lebat adalah Pulau Taliabu, Halmahera Selatan, dan Halmahera Tengah. Perkembangan cuaca di wilayah-wilayah ini terus dipantau secara intensif.

Zaky juga mengingatkan masyarakat, khususnya nelayan dan pelaku aktivitas pelayaran, untuk mewaspadai kondisi angin kencang dan gelombang tinggi di wilayah perairan Maluku Utara.

“Karena wilayah kita didominasi laut, maka saat memasuki bulan Juli hingga September, potensi gelombang tinggi cukup besar. Angin kencang bisa mencapai 15–20 knot, khususnya di perairan selatan seperti antara Pulau Obi hingga Mangoli. Gelombang laut bisa mencapai 2 hingga 2,5 meter,” jelasnya.

Zaky bilang, kondisi cuaca saat ini juga dipengaruhi oleh adanya bibit siklon tropis, yakni tahap awal pembentukan badai tropis yang bisa berkembang menjadi sistem badai yang lebih kuat jika atmosfer mendukung.

“Bibit siklon tropis ini dapat menyebabkan hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi dalam durasi 1 hingga 4 hari. Saat ini, kami memantau bibit siklon tropis 98W yang tengah berkembang di sekitar wilayah tropis,” terangnya.

Zaky menambahkan, prediksi cuaca di wilayah Indonesia, khususnya Maluku Utara, memang menantang karena letaknya di garis khatulistiwa serta kondisi topografis yang kompleks, diapit oleh laut dan pegunungan. Namun demikian, akurasi prakiraan cuaca saat ini telah mencapai sekitar 85 persen.