Sampah makanan atau food waste masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2023 mencatat, sampah sisa makanan menyumbang 41,4 persen dari total sampah nasional.
Muhammad Syafe’i, Kepala DLH Kota Ternate mengatakan, Ternate juga berpotensi menghadapi masalah serupa sehingga, harus secepatnya membuat penelitian karakteristik sampah.
“Secara nasional [sisa makanan] itu 30-40 persen [dari sampah organik]. Saya menduga Ternate juga sama, [tapi] kita harus bikin penelitian karakteristik sampah,” ucap Syafe’i di ruang kerja, Senin, 11 Agustus 2025.
Menurut Syafe’i, penumpukan sampah organik berisiko bisa menghasilkan gas metana yang mudah terbakar. Kalau terkumpul di satu tempat dan tersulut, bisa meledak.
“Salah satu solusi dari dampak buruk gas metana adalah menghadirkan pipa yang ditanam di antara tumpukan sampah supaya gas tidak tersumbat yang bisa menyebabkan ledakan,” tambahnya.
Meski berbahaya, gas metana bisa dimanfaatkan jika dikelola dengan teknologi yang tepat.
“Metana bisa direkayasa menjadi gas [untuk memasak lewat] biodigester, kaya tabung. Sisa makanan diblender, kasih masuk di dalam tabung itu ada proses bakteri. Ketika dikumpulkan di dapur akan menghasilkan api, tapi bertahan tidak lama,” ujarnya.
Syafe’i juga menekankan pentingnya bank sampah di setiap kelurahan dan gang atau lorong sebagai langkah pengurangan volume sampah. “Persentasenya kan masih kecil, tapi harus didorong, agar lingkungan bisa terjaga dan masyarakat lebih merasa nyaman,” tutupnya.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.