Seorang warga Ternate yang juga pendukung fanatik Malut United, Muhammad Bakri, membuat pernyataan mengejutkan setelah membaca respons manajemen Malut United terhadap polemik antara Pemerintah Kota Ternate dan Pemerintah Halmahera Barat terkait status kepemilikan Stadion Gelora Kie Raha.

Muhammad Bakri, sebelumnya melalui akun Facebook-nya atas nama Ekhal F Kapita, mempersilakan jika Malut United ingin berganti nama dan pindah kandang di luar Maluku Utara.

Namun, ia meminta agar para pihak yang memiliki hubungan dengan Malut United untuk tidak lagi berbisnis atau menambang nikel di Maluku Utara.

“Bang Asghar (wakil manajer Malut United) kalo pindah di Maluku, sekalian rubah nama saja. Deng kalao pindah di Maluku stop garap pertambangan di Maluku Utara e,” tulisnya.

Pernyataan emosional itu keluar setelah ia membaca komentar Asghar yang menganggap masyarakat tak memberikan dukungan terhadap Malut United, sehingga Malut United ingin hengkang dari Maluku Utara.

“Pernyataan Abang Asghar terlalu berlebihan, semakin menyalakan bara polemik terkait GKR. Seharusnya mereka semua duduk mencari jalan keluar, jangan malah salahkan masyarakat dan menganggap masyarakat tidak mendukung,” jelasnya.

Asghar Saleh memang membuat pernyataan atau merespons terkait polemik GKR. Ia merasa tak mendapat dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Sehingga itu, pihaknya akan berpindah kandang ke Ambon, Maluku.

“Pemain butuh fokus. Tim butuh dukungan tanpa batas. Jika hal seperti tidak ditemukan di Ternate maka untuk apa Malut United ada di sini? Manajemen lagi lakukan evaluasi, bisa jadi kami pindah ke Ambon. Sponsor tim juga saat ini dari Maluku. Soal biaya renovasi yang mencapai puluhan miliar biarlah jadi kerugian kami. Kami pindah karena merasa tak ada dukungan dari pemerintah maupun masyarakat,” tutur Asghar Saleh.