Ratusan reptil hasil penyeludupan dari Papua, mati saat diserahkan ke kandang transit Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku Wilayah I Ternate.
Abas Hurasan, Kepala BKSDA Maluku Wilayah I Ternate mengatakan, penyelundupan satwa melata dari Papua ke Ternate itu sudah kali kedua, tapi berhasil digagalkan.
Pertama, kata ia, terjadi pada Maret 2025, totalnya 243 ekor reptil, di antaranya ular 136 ekor, biawak 105 ekor, dan kadal 2 ekor. Namun, pelaku penyelundupan justru selalu lolos dan tidak diketahui identitasnya.
“Penyelundupan kedua, terjadi pada Agustus 2025, dengan total 116 ekor reptil. Sebanyak 88 ekor Iguana ekor berduri Papua (genus stebosaura), 14 ekor Biawak pohon tutul biru (Faranis macraei), 1 ekor Sanca hijau (Morelias vilidis), 6 ekor Deat adder papua (Acanthophis spp), dan 7 ekor Nuriara mata ganda (cyclophitta diphthalma),” katanya, saat ditemui reporter Kadera.id di ruang kerjanya, Senin, 6 Oktober 2025.
Ia bilang, reptil yang diserahkan pihak PT Pelni tersebut justru tidak ada yang hidup ketika dirawat di kandang BKSDA Maluku Wilayah I Ternate. Bahkan sebagian reptil sudah mati di atas kapal.
Menurutnya, kematian reptil tersebut, disebabkan karena saat diselundupkan, diisi dalam botol lalu dibungkus ketat dan berdesakan dalam tas pakaian. Selain itu, tidak sesuai dengan habitat aslinya.
Abas menjelaskan, pelepasan satwa tak bisa dilakukan sembarang, karena ada standar operasional prosedur (SOP), harus sesuai dengan habitat aslinya.
“Memang penyebab pertamanya karena di Ternate bukan habitat aslinya. Kedua, karena kondisinya kan diisi dalam botol, dan dibungkus dalam tas rinjani. Akibatnya reptil tersebut mati semua. Yang tersisa hanya, ada Nuriara mata ganda. Itu pun ada yang mati,” bebernya.
Ia berharap, hal serupa tidak terulang kembali, di samping berjanji bakal menindak tegas para penyelundup jika kelak tertangkap dan terungkap identitasnya.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.