Warga Desa Kawasi, Kecamatan Obi, Halmahera Selatan, berbondong-bondong bakti menimbun jalan berlubang dan becek di dalam pemukiman dengan pasir pantai, pada Senin, 7 April 2025. Jalan utama di wilayah kawasan industri Harita Nickel itu kondisinya memprihatinkan.

Pasalnya, terdapat dua jalan di dalam pemukiman, yang satunya sudah disetapak tetapi sudah rusak dan berlubang, sementara jalan utama tak dibeton sama sekali sehingga terdapat banyak lubang. Ketika turun hujan, air menggenangi jalanan dan becek sepanjang jalan.

Sanusi, warga Kawasi mengatakan jalan setapak maupun jalan utama sudah rusak semua. Sementara, tidak ada perbaikan baik dari pemerintah maupun perusahaan sebagai tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Sehingga, warga berinisiatif sendiri tanpa ada keterlibatan dari pemerintah desa, menimbun jalan-jalan yang berlubang tersebut.

“Ini wujud kepedulian warga mempertahankan Desa Kawasi asli dan yang tidak mau pindah maupun dipindahkan. Antusias kerja bakti ini akan berlangsung beberapa kali. Dua kali sepekan. Setiap hari Senin dan Kamis,” kata Sanusi saat dihubungi reporter Tuturfakta, pada Senin tadi.

Bakti sosial tersebut melibatkan masyarakat muslim dan kristen di Desa Kawasi, termasuk pemuda, perempuan, hingga anak-anak, dan warga yang tinggal di Desa Kawasi untuk bekerja di perusahaan tambang sekaligus pengolahan bijih nikel Harita Group.

“Desa Kawasi ini dia pe [punya] jalan kan tanah biasa dan sering berubah-ubah meski sudah ditimbun, tapi jalan tanah tetap berlubang. Apalagi sering dilintasi kendaraan, saat hujan,” ujar Sanusi.

Sanusi mengatakan pemerintah desa maupun pemerintah daerah sudah lama tidak memperhatikan nasib warga Kawasi. Sebab itu, ia meminta pengambil kebijakan di daerah agar memperhatikan nasib warga, terutama akses jalan di dalam pemukiman yang telah rusak sekian lama.

Warga Kawasi, Kecamatan Obi, Halmahera Selatan, melakukan bakti sosial menimbun jalan-jalan yang berlubang di dalam pemukiman, pada Senin, 7 April 2025. Foto: Warga Kawasi.

“Masyarakat sendiri seperti ayam kehilangan induk. Makanya hanya kepada dua tokoh Pak Imam maupun Pak Pendeta yang warga percaya. Kalau memang pemerintah itu anggap kami sebagai masyarakat, maka datanglah lihat,” tandasnya.

Abadan Nomor, Imam Masjid Desa Kawasi mengatakan insiatif warga menimbun jalan yang rusak tersebut tanpa ada bantuan dari pemerintah maupun pihak perusahaan. Ia bilang, salah satu yang niat menimbun jalan berlubang itu juga bagian dari penolakan warga terhadap relokasi yang direncanakan pemerintah dan perusahaan.

“Kitorang dari masyarakat menyatakan penolakan relokasi [dengan memperhatikan kampung]. Memang kitorang tara mau pindah,” tegas Abadan.

Sementara, Nurhayati, perempuan Desa Kawasi, mengatakan pembiaran pemerintah dan perusahaan terhadap kerusakan, seperti jalan yang enggan diperbaiki, salah satunya agar warga dipindahkan ke kawasan Ecovillage atau perumahan baru yang dibuat oleh perusahaan.

Sehingga, kata Nur, yang kerja bakti tersebut adalah mereka yang bertahan atau mempertahankan desa untuk tidak dipindahkan.

“Sementara, pemerintah desa sudah pindah ke Ecovillage. Pemerintah desa berfikir kampung ini akan dikosongkan sehingga mereka tidak mau urus lagi. Padahal kami tidak akan pindah,” terang Nur.