1. Surat dari Bobato

Demi perjuangan mempertahankan tong pe hutan deng tanah adat, saya rela kase tinggal saya pe ana-bini.
Kitorang taratau tong pe salah apa langsung dapa tangkap deng dapa pukul dari polisi, tentara dan brimob.
Deng samua dong pe tindakan patorang demi Allah saya tara ridha dunia akhirat.

Kalau tong tara jaga deng pertahankan torang pe hutan deng tanah adat tong pe ana-cucu dong pe nasib ke depan bagimana?
Jadi apapun yang terjadi deng samua depe resiko sekalipun saya pe nyawa jadi taruhan, saya siap berjuang sampe titik darah penghabisan.

Rutan Ternate, 29 Mei
Bobato Salasa Muhammad (87 tahun)

Surat asli tulis tangan dari Rutan.

2. Surat dari Om Yasir

Salam perjuangan!

Dulu, kali Sangaji da jernih. Pigi di kobong tara perlu bawa air dari ruma karna langsung tong minum di kali.
Skarang kalu pigi di kobong lewat kali Sangaji itu hati saki karna daso kotor deng tara bisa konsumsi.
Hampir tiap hari dia pe aer merah dan itu samua bikin saya kecewa deng marah dan saya berkeputusan berjuang sama-sama deng saya pe orang tua-tua dan tamang-teman.

Saya pe perjuangan ini tara lain tara bukan untuk saya pe ana dan cucu pe masa depan yang akan datang. Tapi bikiapa kon aparat kepolisian, tentara deng brimob tangka paksa pa torang. Bikiapa kon dorang harus pukul deng seret pe torang?
Padahal torang cuma perjuangkan torang pe tanah adat deng tong pe kali yang selama ini dia kase hidup pe torang. Dorang ini sebenarnya bela pa sapa? Dong bela pa torang ka bela perusahan?

Skarang ini dong tahan pa torang samua 11 orang tanpa tau torang pe salah apa. Deng tong butuh samua tamang-tamang pe dukungan seluru dunia NGONI KASE BEBAS PA TORANG SECEPATNYA karna torang musti berjuang lagi sampai tambang da tumbang di atas tong pe TANAH.

Salam cinta untuk saya pe anak-istri di rumah: Nurmianti Kailul, Hatim Milka deng Lisya, ngoni samua harus inga papa berjuang untuk Hatim, Milka deng Lisya pe masa depan yang akan datang. Hatim, Milka, Lisya harus sabar deng berdoa pa papa la capat bebas.

Peluk cium dan rindu untuk samua.

Yasir Samad
11 tahanan rutan Jambula Ternate
Tanggal: 29 Mei 2025


3. Surat cinta untuk semua solidaritas!

Salam Perjuangan!
Semoga semua kawan-kawan dalam lindungan semesta.

Sebelumnya salam hormat kami kepada solidaritas yang mendukung perjuangan kami. Ini adalah surat pertama yang kami buat di tengah kontrol dan pendisiplinan petugas lapas/rutan

Kita semua tahu bagaimana negara bekerja? Dan kepada siapa mereka bekerja? Dengan memonopoli semua kekuatan dan kekerasan. Menjelma menjadi iblis yang kerap kali menyebar teror dan menciptakan ketakutan yang mendalam bagi rakyat yang sadar. Menjaga hak istimewa dan menjadi barisan terdepan sebagai contong modal.

Kami ingat wajah aparat keparat petantang petenteng menenteng senjata di depan kami. Bagaimana perlakuan intimidatif yang beriringan dengan kekerasan yang mereka lakukan kepada kami. Kami menyaksikan bagaimana mereka menangkapi kami, memukul, menyeret, menendang dan melayangkan tinju yang mengenai wajah orang tua kami, menodong senjata di kepala dan dada kami.

Kami juga menyaksikan hukum yang digunakan untuk menyeret dengan sengaja mencarikan pasal-pasal kesalahan. Mereka memaksa, mengancam dengan sesekali melayangkan pukulan ke wajah kami ketika mengintrogasi, memaksa kami untuk mengetes urin. Kemudian mengsangkakan kami sebagai gerombolan narkoba dan bukan sebagai rakyat yang sadar dan berlawan. Semua itu mereka lakukan sebagai upaya pengaburan fakta bahwa negera dan semua aparatnya adalah bagian tak terpisahkan di balik kerusakan masal hutan dan sungai yang kami lawan.

Kawan-kawan solidariting perlu ketahui apa yang kami (rakyat) lakukan adalah bentuk kesadaran yang utuh atas kerusakan dan kebiadaban negara yang menjadikan hutan, gunung dan sungai kami menjadi sesajen para cukong adalah sikap tak patuh terhadap kesewenangan negara.

Apa yang dilakukan negara hari ini dan nanti tak akan mampu membungkam suara dan keberanian kami, sekalipun penjajah bahkan kematian. Semakin dibungkam semakin kami bergairah untuk membangkang dan memberontak. Negara mungkin mampu memenjarakan kami, tetapi takkan mampu memenjarakan suara dan kebenaran. Kesadaran kami terus mengkristal, keberanian kami semakin menguat dan akan memutar ke semua kepala dan hati orang ke generasi dan anak cucu kami.

Yang kami punya hari ini hanyalah solidaritas dan hanya solidaritaslah yang kami percaya. Bukan negara dan hukum apalagi aparatnya. Setiap terikan yang menenuhi jalanan di depan Polda, di kantor-kantor negara akan menjelma peluru yang menggeterkan kekuasaan yang tiran.

Mereka mungkin bisa merampas tanah, gunung, sungai dan hutan dari kita, tetapi mereka takkan mampu merampas cinta dan solidaritas yang kita punya. Maka jangan redam para kekasih. Jadikan semua hari ini sebagai perhitungan.

Peluk cinta dari kami
11 tahanan politik
Rutan Jambula
Ternate, 29 Mei 2025

Notes: surat yang ditulis langsung oleh dua orang warga untuk semua solidaritas.

Massa Kawal Sidang Pra Peradilan 11 Warga Maba Sangaji di PN Soasio

 

Redaksi
Editor
Redaksi
Reporter