Tim produser dokumenter TV Tempo merespons terkait protes pemutaran film Yang Mengalir di Kawasi dan Ngomi o Obi yang digelar pada 14 dan 15 Juli 2025 di Cinema XXI Jatiland Mall dan Aula Nuku Universitas Khairun, Kota Ternate, Maluku Utara. Dokumenter itu diduga oleh kelompok masyarakat sipil sebagai upaya pemutihan kasus kerusakan lingkungan dan pelanggaran hak asasi manusia dari aktivitas industri nikel Harita Group di Pulau Obi, Halmahera Selatan.
Dony P. Herwanto, produser sekaligus penanggung jawab pemutaran film dan diskusi, menjelaskan bahwa dari sisi konten, TV Tempo memiliki dua unit berbeda, yakni bisnis dan keredaksian. Ia menegaskan kedua film yang diputar di Ternate murni produk bisnis berupa iklan advertorial, tanpa muatan jurnalistik meski dikerjakan melalui riset dan wawancara.
“Ini murni iklan, tapi kerja-kerjanya tetap kayak ada riset ada proses wawancara, layaknya jurnalistik. Kalau dibilang karya jurnalistik, bukan. Karena memang bekerja ini ada yang mendanai,” jelas Dony kepada wartawan di Hotel Belson, Rabu malam, 16 Juli 2025.
Dony menambahkan, kedua film tersebut mengambil sisi dari Desa Kawasi dan Harita Group. Selama ini, menurut dia, narasi yang umum beredar selalu menonjolkan kerusakan dan korban akibat aktivitas perusahaan, yang kemudian terus direplikasi.
“Apakah selalu harus bercerita tentang korban-korbannya saja? Apakah tidak mendapatkan porsi yang sama? ini ada cerita kebaikan loh,” katanya.
Menurut Dony, pengambilan sisi positif Harita Group ini memicu protes dari aktivitas lingkungan karena pandangan kedua kubu sangat berbeda.
Untuk dokumenter Yang Mengalir di Kawasi yang sudah tayang di kanal YouTuber, Dony menyatakan pihaknya membuka ruang kritik dan diskusi karena film ini hasil produksi mereka sendiri. Sedangkan Ngomi o Obi sampai saat ini belum tayang di kanal Youtube, meski sudah diputar di Universitas Khairun.
Dony mengungkapkan, sutradara Ngomi o Obi, Arfan Sabran, bukan dari TV Tempo. Film ini dibuat atas kerja sama dengan Harita Group, yang membantu proses izin peliputan serta riset selama tujuh hari hingga satu bulan, melibatkan sejumlah wartawan Maluku Utara.
“Dia [Arfan, sutradara Ngom o Obi], murni tidak punya basic [keterampilan] jurnalistik. Makanya, ketika kita tawarkan itu, dia juga sempat bingung harus mengambil angle yang mana,” jelas Dony.
Dony menegaskan bahwa tuduhan bahwa Tempo tidak berpihak kepada korban adalah tidak tepat karena film tersebut merupakan karya sutradara yang bersangkutan. Sayangnya, sutradara tidak hadir dalam diskusi, sehingga kesan tanggung jawab kritik sepenuhnya jatuh pada tim Tempo.
Dony menyayangkan protes yang terjadi karena massa aksi diduga belum menonton film secara utuh. “[Massa aksi] datang ketika akhir diskusi saat moderator memberikan waktu penutup ke narasumber.”
Alfan Noviar, produser lain, menambahkan bahwa tidak ada tindak kekerasan dari pihak mereka selama pemutaran film di studio 6 Cinema XXI Jatiland Mall. Massa aksi yang diseret keluar studio adalah akibat batas waktu sewa yang hampir habis dan risiko denda jika molor. Massa juga ditawarkan untuk diskusi, tetapi “teman-teman meninggalkan kami, menolak untuk diskusi.”
Alfan juga menyampaikan bahwa setelah kegiatan tersebut, timnya didatangi intel Polda Maluku Utara yang kemudian mendatangi kantor Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Malut tengah malam.
Mengenai tuduhan intimidasi terhadap mahasiswa yang membentangkan poster saat pemutaran di Universitas Khairun, Alfan membantah. Ia mengatakan hanya menghalau mahasiswa keluar kampus agar tidak terjadi kekerasan dari keamanan kampus. Luka lecet yang beredar kemungkinan akibat kancing baju, bukan pemukulan.
Alfan mengaku tidak tahu soal keamanan kampus dan tidak pernah meminta polisi untuk mengawal kegiatan di kampus.
“Karena teritori kampus kan tidak boleh di masuki sama aparat kepolisian, mereka ada jauh. Mungkin pihak kampus sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Anggaplah terjadi hal yang tidak diinginkan, mungkin bisa merespons cepat. Yang ditakutkan ada benturan fisik,” jelas Alfan.
Baca: Film Dokumenter TV Tempo Tuai Kritik Setelah Diduga Memutihkan Citra Harita Group
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.