Tim ekskavasi Cagar Budaya temukan bangkai kapal berusia 500 tahun, yang karam sekitar 17-20 meter di dasar perairan Soasio, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Penemuan ini setelah dilakukan ekskavasi selama sembilan hari, sejak 16 -24 Juli 2025.
Irwansyah, Pamong Budaya Ahli Muda BPK Wilayah XXI, selaku ketua tim mengatakan, kegiatan ekskavasi sudah berlangsung kurang lebih satu pekan. Ia bilang, pihaknya melakukan penggalian bawah laut untuk mengetahui indikasi bangkai kapal yang sebelumnya sudah terdata beberapa tahun lalu lewat survei.
“Kita tindak lanjuti dengan ekskavasi untuk memastikan bahwa itu kapal berbahan kayu atau besi. Selain itu, untuk memastikan kapal yang ditemukan karam di bawah laut itu milik China atau Eropa: Spanyol, Portugis, dan Belanda. Tapi, kita belum tahu karena masih dalam proses dan kemungkinan akan kita lanjutkan tahun depan,” katanya, saat diwawancarai reporter Kadera.id, Selasa, 22 Juli 2025.

Saat ekskavasi dilakukan, kata Irwansyah, pihaknya menemukan bangkai kapal itu sudah tertimbun karang dan endapan lumpur. Hanya bisa tersingkap sekitar 7 meter.
Selain bangkai kapal, kata dia, tim juga menemukan beberapa fragmen keramik, guci, peluru pelontar bermotif naga yang berdiameter sekitar 30 sampai 35 sentimeter.
“Ini pertama kali dilakukan di wilayah Maluku Utara. Tetapi untuk survei mulai eksplor pada 2016. Mulai penyelaman tanggal 16-24 Juli 2025. Sejumlah temuan artefak itu, berusia kurang lebih 500 tahun yang lalu. Ini saat masa perdagangan rempah dan masa pelayaran bangsa Eropa pada tahun 1600-an di abad ke-17,” jelasnya.
Dalam ekskavasi, pihaknya melibatkan 20 orang dalam satu tim. Selain dari BPK, pun menghadirkan fotografer dan videografer dari Jakarta,
“Ada juga arkeolog bawah air dari Yogyakarta, master dan instruktur dari Makassar, akademisi Unkhair, pun melibatkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dan teman-teman dari Tidore Kepulauan,” ungkapnya.
Setelah sampel artefak diambil, pihaknya bakal uji laboratorium pada tahun 2026 terkait fragmen yang diduga bahan kayu atau besi.
“Butuh proses yang lebih panjang, termasuk butuh analisis lab untuk dipastikan. Bahwa, bahannya jenis kayu atau besi nanti kita uji karbon di laboratorium pada 2026,” ucapnya.
Pihaknya juga bakal lakukan perluasan ekskavasi di lokasi yang sama. Dan berharap, situs sejarah Sosio dapat dikembangkan menjadi wisata selam.
“Situs sejarah dengan temuan-temuan artefak secara arkeologis berpotensi dikembangkan untuk wisata selam. Apalagi, airnya jernih, sibilitasnya baik, karangnya bagus, jenis ikannya bervariasi, sangat layak untuk dikembangkan sebagai wisata selam,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.